Lanjutan Cermat
Sesampainya Manda keluar dari rumah, kegelapan menyambutnya, karena hari sudah larut malam. Ia tak tau harus kemana lagi berlari. Dirasakannya sudah jauh dan bahkan terlalu jauh ia berlari mencari pertolongan. Dari sudut kegelapan ada sesosok cahaya putih yang secara perlahan namun pasti mendekatinya. Dilihatnya, lekuk tubuh itu seperti lekuk tubuh ayahnya. Ayah ………….., teriak Manda kegirangan. Namun sosok yang mirip ayahnya itu perlahan menghilang, membawa Manda ke sebuah Lahan rumput tipis melapis tanah, dan dedaunan kering yang menjadi selimutnya. Lahan itu cukup luas, angin dingin yang menerpa membuat tulang-tulang di sekujur tubuh Manda bergemeretak, mencoba memerangi rasa dingin yang begitu menyiksa.
Tiba-tiba ia teringat akan sesuatu, kemana gerangan ayahnya pergi ??? dan apa yang terjadi dengannya ini ??? ia mencoba mengingat-ingat kembali kejadian yang tadinya ia alami dalam kamarnya. Pertama, suara itu cukup jelas untuk diingat kembali, bukankah suara itu menjanjikan dunia untukku, “betapa bagusnya dunia kami, ada lagu, ada nyanyian yang akan membawa kamu tidur terlelap, ingat…duniamu di sini sangat buruk dan tak pantas untukmu. Kau akan menjadi ratuku, ingat kereta kencanaku akan menjemputmu, dayang-dayangku akan meladenimu dengan suka cita tanpa ragu”
Kedua, ia melihat kepala reog yang menjijikkan dan mengerikan dengan mata yang melotot segede terong. Ketiga, sibuto cakil dengan gigi-gigi seramnya yang menonjol ke depan, Keempat, kedatangan sigundul, dan kelima datangnya sosok ibu dan adiknya , tetapi raut muka ibunya yang tiada berbentuk dan polos tiada berlekuk. Dan sekarang bayangan ayahnya yang tiba-tiba hilang dan membawanya sampai di sini.
Tanpa disadari, hembusan angin yang melambai-lambai membuat Manda tak sadarkan diri, dan terletak di alam bawah sadar. Saat matanya baru saja terbuka, sebuah batu nisan dan gundukan tanah merah yang terlihat baru saja digali menyambutnya. Siapa yang meninggal dunia ??? tanyanya dalam batin. Dilihatnya tulisan yang ada di ukiran batu nisan itu, di sana tertulis “Amanda Laurency” .
Tidaaaaaaaaaaaaakk . . . . . . . teriaknya. Itu adalah namanya. Ia tertunduk dalam gundukan tanah merah itu, mengangis sejadi-jadinya. Apakah dia telah meninggal ???
Sayup-sayup suara reog itu hadir kembali dalam benaknya, tapi ini memang nyata . segerombolan reog datang menghampirinya, ada si gundul, ibu, ayah, serta adiknya. Kini wajah ibu, ayah, serta adik Manda sama polosnya, rata dan tak ada lekuk sama sekali. Mereka mengejarnya, sekuat apapun Manda berlari tapi tetap saja mereka semakin mendekatinya. Dari kejauhan sekelebat cahaya putih telah menantinya, Manda mencoba tuk meraihnya, hingga ia hilang bersama cahaya putih itu.
Sebelum dia menyadari keberadaannya sekarang, dalam keheningan, dan kesepian ini, seseorang berbicara padanya. “Manda…., Manda…., Manda…., roh mu telah aku ambil, dan kamu telah meninggal dunia, lihatlah Manda.. pernah ada seseorang yang menawarimu dunia bagus tapi itu tak pantas untukmu ??? itu adalah balasan atas dirimu di dunia, dan ini hanya cobaan semata untukmu. Kini tak ada lagi yang bisa menolongmu” . suara itu sangatlah jelas dia dengar….
“aaaaaargh”, Manda berteriak sekencang-kencangnya, dia ingin kembali dalam kehidupannya. Tapi apa boleh buat, dia tak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Tubuhnya telah letih merasakan semua ini. Samar-samar, ia mendengar sebuah kalimat lagi. “Manda, apabila kuberi kau satu nyawa lagi, kamu tidak boleh sekalipun melakukan kesalahan di dunia” . Manda menangis dan tak bisa berbuat apa-apa.
Manda berhasil membuka matanya, alangkah terkejutnya ia, karena ini hanyalah sebuah MIMPI.
Dilihatnya kembali secara terang dan sangat jelas. Dia berada di sebuah kamar rumah sakit dengan jarum infuse yang ada di punggung tangannya. Tapi takdir berkata lain.
Hari ini, Manda Laurency, 17 tahun meninggal dunia setelah sadar beberapa saat yang lalu……………….,
0 komentar:
Posting Komentar